Pengertian Alkohol
Contoh-contoh
Alkohol adalah senyawa-senyawa dimana satu atau lebih atom hidrogen dalam sebuah alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Pada pembahasan kali ini, kita hanya akan melihat senyawa-senyawa yang mengandung satu gugus -OH.
Sebagai contoh:
Alkohol dapat dibagi kedalam beberapa kelompok tergantung pada bagaimana posisi gugus -OH dalam rantai atom-atom karbonnya. Masing-masing kelompok alkohol ini juga memiliki beberapa perbedaan kimiawi.
Alkohol Primer
Pada alkohol primer(1°), atom karbon yang membawa gugus -OH hanya terikat pada satu gugus alkil.
Beberapa contoh alkohol primer antara lain:
Ada pengecualian untuk metanol, CH3OH, dimana metanol ini dianggap sebagai sebuah alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang membawa gugus -OH.
Alkohol sekunder
Pada alkohol sekunder (2°), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa sama atau berbeda.
Contoh:
Pada alkohol tersier (3°), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda.
Contoh:
Titik Didih
Grafik berikut ini menunjukan titik didih dari beberapa alkohol primer sederhana yang memiliki sampai 4 atom karbon.
Yakni:
- Titik didih sebuah alkohol selalu jauh lebih tinggi dibanding alkana yang memiliki jumlah atom karbon sama.
- Titik didih alkohol meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah atom karbon.
Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen terjadi antara molekul-molekul dimana sebuah atom hidrogen terikat pada salah satu dari unsur yang sangat elektronegatif – fluorin, oksigen atau nitrogen.
Untuk alkohol, terdapat ikatan hidrogen antara atom-atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dengan pasangan elektron bebas pada oksigen dalam molekul-molekul lain.
Pada alkana, satu-satunya gaya antar-molekul yang ada adalah gaya dispersi van der Waals. Ikatan-ikatan hidrogen jauh lebih kuat dibanding gaya-gaya tersebut sehingga dibutuhkan lebih banyak energi untuk memisahkan molekul-molekul alkohol dibanding untuk memisahkan molekul-molekul alkana.
Inilah sebab utama mengapa titik didih alkohol lebih tinggi dari alkana.
Pengaruh gaya van der Waals
Pengaruh terhadap titik didih alkohol:
Ikatan hidrogen bukan satu-satunya gaya antar-molekul dalam alkohol. Dalam alkohol ditemukan juga gaya-gaya dispersi van der Waals dan interaksi dipol-dipol.
Ikatan hidrogen dan interaksi dipol-dipol hampir sama untuk semua alkohol, tapi gaya dispersi akan meningkat apabila alkohol menjadi lebih besar.
Gaya-gaya tarik ini menjadi lebih kuat jika molekul lebih panjang dan memiliki lebih banyak elektron. Ini meningkatkan besarnya dipol-dipol temporer yang terbentuk.
Inilah yang menjadi penyebab mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai meningkat. Diperlukan lebih banyak energi untuk menghilangkan gaya-gaya dispersi, sehingga titik didih meningkat.
Pengaruh terhadap perbandingan antara alkana dan alkohol:
Bahkan jika tidak ada ikatan hidrogen atau interaksi dipol-dipol, titik didih alkohol tetap lebih tinggi dibanding alkana sebanding yang memiliki jumlah atom karbon sama.
Bandingkan antara etana dan etanol:
Jika kita hendak membuat perbandingan yang cermat untuk mengamati efek ikatan hidrogen terhadap titik didih, maka akan lebih baik jika kita membandingkan etanol dengan propana bukan dengan etana. Propana memiliki panjang molekul yang kurang lebih sama dengan etanol, dan jumlah elektronnya tepat sama.
Kelarutan alkohol dalam air
Alkohol-alkohol yang kecil larut sempurna dalam air. Bagaimanapun perbandingan volume yang kita buat, campurannya akan tetap menjadi satu larutan.
Akan tetapi, kelarutan berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai hidrokarbon dalam alkohol. Apabila atom karbonnya mencapai empat atau lebih, penurunan kelarutannya sangat jelas terlihat, dan campuran kemungkinan tidak menyatu.
Kelarutan alkohol-alkohol kecil di dalam air
Perhatikan etanol sebagai sebuah alkohol kecil sederhana. Pada etanol murni dan air murni yang akan dicampur, gaya tarik antar-molekul utama yang ada adalah ikatan hidrogen.
Akan tetapi, jika molekul-molekul telah bercampur, ikatan-ikatan hidrogen yang baru akan terbentuk antara molekul air dengan molekul etanol.
Disamping itu, gangguan dalam sistem mengalami peningkatan, yakni entropi meningkat. Ini merupakan faktor lain yang menentukan apakah penyatuan larutan akan terjadi atau tidak.
Kelarutan yang lebih rendah dari molekul-molekul yang lebih besar
Bayangkan apa yang akan terjadi jika ada, katakanlah, 5 atom karbon dalam masing-masing molekul alkohol.
Ujung -OH dari molekul alkohol bisa membentuk ikatan-ikatan hidrogen baru dengan molekul-molekul air, tetapi "ekor-ekor" hidrogen tidak membentuk ikatan-ikatan hidrogen.
Ini berarti bahwa cukup banyak ikatan hidrogen awal yang putus tidak diganti oleh ikatan hidrogen yang baru.
Yang menggantikan ikatan-ikatan hidrogen awal tersebut adalah gaya-gaya dispersi van der Waals antara air dan "ekor-ekor" hidrokarbon. Gaya-gaya tarik ini jauh lebih lemah. Itu berarti bahwa energi yang terbentuk kembali tidak cukup untuk mengimbangi ikatan-ikatan hidrogen yang telah terputus. Walaupun terjadi peningkatan entropi, proses pelarutan tetap kecil kemungkinannya untuk berlangsung.
Apabila panjang alkohol meningkat, maka situasi ini semakin buruk, dan kelarutan akan semakin berkurang.
permasalahannya :
mengapa alkohol yang digunakan dalam laboratorium tidak pernah mencapai 100%?
tolong berikan penjelasan yg lengkap
alkohol yang digunakan dalam laboratorium tidak pernah mencapai 100% karena alkohol memiliki sifat yang lbih reaktif yang lebih cepat bereaksi dengan udara saat dibuka.Tapi,ada satu cara untuk mempertahankan kadar alkohol yaitu dengan destilasi(penyaringan perlahan-lahan) alkohol.
BalasHapussekian dari saya...smga bermanfaat yahhh
saya betty eldia sirait.Menurut saya mengapa alkohol yang digunakan dalam lab tidak pernah mencapai 100 persen karena seperti dalam penjelasan di atas Alkohol terutama dengan jumlah molekul yang pendek (metanol dan ethanol) memiliki ikatan hidrogen yang kuat dan sangat mudah larut dalam air. Dengan kata lain, alkohol tersebut sangat mudah menangkap dan melarutkan air di udara terutama di cuaca yang lembab. Maka sangat sulit untuk membuat alkohol dengan kadar 100%. Salah satu cara untuk membuat alkohol dengan kadar mendekati 100% adalah dengan mendistilasi alkohol.
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab permasalahan diatas. Jawaban saya cukup singkat, karena alkohol 100% sangat mudah dan sangat cepat menguap apabila bereaksi dengan udara. Untuk membuat alkohol berkadar 99,9% saja cukup sulit apalagi dengan kadar 100%, dari tingkat kerumitan cukup tinggi dan juga membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal. Selain itu, penggunaan alkohol dengan kadar 100% cukup rawan karena alkohol bersifat mudah terbakar. Sekian, semoga bermanfaat.
BalasHapusmenurut saya karena alkohol bersifat lebih cepat menguap ..
BalasHapussehingga jika dibuka ,, maka alkohol langsung bereaksi dengan udara ...
moga bermanfaat ....
menurut saya
BalasHapuskarena alkohol itu bersifat reaktif yang apabila bereaksi dengan udara menyebabkan kadar alkohol berkurang sehingga tidak bisa berkadar 100 prsen.
trima ksh